Selasa, 12 Juni 2012

Plus Minus Mobil Ramah Lingkungan


Peduli lingkungan bukan lagi sekadar tren, tapi sudah menjadi kewajiban. Kendati salah satu cara terbaik untuk memenuhi kewajiban ini adalah dengan memastikan kita berkendara dengan lebih hemat bahan bakar, jalan keluar yang lebih mudah mungkin adalah memilih mobil yang ramah lingkungan.

Melalui teknologi inovatif, mobil berbahan bakar konvensional bensin atau solar (diesel), hybrid, mobil listrik atau kendaraan yang menggunakan bahan bakar nabati dapat disebut ‘mobil ramah lingkungan'.

1. Bensin meningkatkan kinerjanya

Para produsen mobil telah berupaya keras untuk membuat kendaraan bensin konvensional menjadi lebih hemat BBM daripada sebelumnya. Pabrikan otomotif membuat body mobil menjadi lebih ringan dan menggunakan teknologi seperti turbocharging untuk memberikan tenaga yang sama menggunakan jumlah silinder yang lebih sedikit.

Positifnya, kendaraan tersebut banyak tersedia dan tidak perlu biaya tambahan. Negatifnya, mesin bensin umumnya mengeluarkan karbon dioksida sekitar 10 persen lebih banyak daripada diesel.

2. Diesel modern

Bayangkan mobil bermesin diesel, dan kemungkinan hal pertama di benak adalah bus tua yang menghasilkan asap hitam di seputar kota. Tapi banyak mesin diesel modern yang dilengkapi dengan penangkap partikel untuk membantu mencegah emisi partikel jelaga. Mesin diesel juga sering lebih ekonomis daripada mesin bensin. Itulah sebabnya mengapa mesin diesel lebih sedikit mengeluarkan CO2.

Sisi positif dari mobil bermesin diesel, seperti halnya di beberapa negara, bahan bakar menjadi lebih murah daripada bensin dan lebih irit konsumsinya. Namun negatifnya, mobil diesel biasanya lebih mahal daripada versi bensin untuk model yang sama. Pemeliharaan mobil diesel kadang juga lebih mahal.

3. Bahan bakar fleksibel

Kendaraan berbahan bakar fleksibel (flex-fuel vehicle/FFV) dirancang untuk menggunakan bensin konvensional atau bensin yang dicampur dengan bahan bakar nabati, misalnya bio-ethanol. Karenanya, kendaraan E20 mampu berjalan menggunakan 80 persen bensin dan 20 persen ethanol.

Karena tampilan dan performa kendaraan ini tampak serupa dengan mesin bensin, mungkin Anda tidak tahu Anda sedang mengendarainya. Meskipun FFV telah diproduksi secara massal sejak tahun 1980-an, sebenarnya mobil komersial pertamanya adalah Ford model T, yang diproduksi dari tahun 1908 sampai 1927.

Positifnya, karena insentif pajak, harga bahan bakar alternatif lebih murah daripada bensin. Sedangkan negatifnya, karena ethanol mengandung lebih sedikit energi per volume daripada bensin, bersiaplah untuk mendapatkan angka efisiensi bahan bakar yang lebih rendah saat mengisi dengan bahan bakar nabati.

4. Hybrid listrik-bensin

Kendaraan listrik hybrid (hybrid electric vehicle/HEV) menggunakan kombinasi mesin bensin konvensional dan motor listrik yang menggunakan baterai. Kendaraan ini menggunakan prinsip bahwa motor listrik memberikan daya pada kecepatan rendah, misalnya pada saat mengemudi di perkotaan, tetapi beralih ke bensin untuk mengemudi pada kecepatan yang tinggi.

Banyak HEV juga mengurangi emisi saat idle dengan mematikan mesin bensin dan menyalakannya kembali saat diperlukan. Inilah yang kemudian dikenal sebagai sistem start/stop. Dengan semua teknologi ini, mesin hybrid membanggakan angka-angka efisiensi bahan bakar, sekaligus penurunan besar dalam emisi C02. Namun, HEV hanya benar-benar mencapai manfaat penghematan maksimal di area perkotaan saat kendaraan ini berjalan, terutama menggunakan listrik, bukan bensin

Secara positif, HEV hemat biaya operasional, dua pertiga daripada mobil bensin setara. Sementara sisi negatifnya, harga beli sangat tinggi.

5. Kendaraan listrik baterai

Battery-electric vehicle atau BEV menggunakan motor baterai dan listrik untuk menjalankan mobil, sehingga kendaraan ini tidak mengeluarkan emisi saat digunakan. Karena kapasitas baterainya, jarak kendaraan ini biasanya terbatas sampai kurang dari 100 km untuk sekali pengisian, yang berarti mereka benar-benar hanya cocok untuk kaum urban atau penduduk perkotaan.

Kendaraan listrik dapat diisi ulang dengan menghubungkannya ke soket listrik. Namun, mobil ini hanya benar-benar 'hijau' jika diisi dengan listrik dan sumber terbarukan, misalnya pembangkit listrik tenaga angin atau matahari. Selain itu, jika baterai menggunakan timbal atau kadmium, akan ada masalah polusi yang serius jika baterai tidak dibuang dengan benar di akhir masa pakainya.

Positifnya, tidak ada emisi knalpot, dan negatifnya jarak menjadi terbatas dan kurangnya infrastruktur publik untuk pengisian, sehingga pemakainya mungkin dapat terdampar di jalan.

6. Plug-in hybrid

Tahukah yang dimaksud dengan plug-in hybrid? Jika digabungkan antara HEV dan BEV, maka akan didapatkan PHEV, atau pug-in hybrid electric vehicle. Anggap mobil tersebut sebagai kendaraan listrik hibrida konvensional yang mampu mengisi ulang baterainya dengan menggabungkannya ke soket listrik.

Kendaraan plug-in menggunakan simpanan energi untuk mengemudi sehari-hari, dan ketika baterai habis digunakan, mobil secara otomatis tetap berjalan menggunakan bahan bakar dalam tangki.

Orang yang sehari-hari menempuh jarak mengemudi lebih pendek dari jangkauan mobil listrik tidak akan pernah menggunakan bahan bakar dalam tangki. Pada saat yang sama, mesin bensin adalah jaminan keamanan bagi mereka yang cemas atas kurangnya stasiun pengisian pada perjalanan panjang.

Ban dengan Konsep Non-Pneumatic (Tanpa Angin)


Teknologi Baru Berwawasan Lingkungan pada Ban untuk Masa Depan

TOKYO (29 Nov 2011) - Bridgestone Corporation mengumumkan telah mengembangkan ban dengan konsep Non-Pneumatic (tanpa angin) yang terbukti bisa menjadi pilihan yang lebih layak dan ramah lingkungan dibanding dengan ban konvensional di masa mendatang.

Pernyataan Misi Lingkungan Bridgestone menjelaskan tujuanPerusahaan untuk membantu memberikan kontribusi kepada masyarakat yang lebih berkelanjutan, dengan penekanan khusus pada tiga bidang – konservasi ekologi, konservasi sumber daya alam dan pengurangan emisi karbon. Untuk mendukung Misi tersebut, Bridgestone mengembangkan beragam  penelitian, seperti ban non-pneumatik, yang pada akhirnya akan memberikan kontribusi bagi lingkungan yang lebih sehat, saat ini dan juga untuk generasi mendatang.

Ban Non- pneumatik memiliki dampak yang lebih rendah terhadap  lingkungan daripada ban konvensional yang sekarang ini, namun sebelumnya ban konsep tersebut tidak dapat di terapkan dan di produksi untuk pasar massal. Bridgestone mengembangkan teknologi ini yang bertujuan untuk penerapan praktisnya.

Fitur Khusus Teknologi Ban Non-Pneumatic 

Dengan struktur unik dari jari-jari yang membentang sepanjang sisi bagian dalam ban guna menopang beban kendaraan, dan tidak perlu secara berkala mengisi ulang ban dengan angin, yang berarti bahwa ban membutuhkan lebih sedikit pemeliharaan. Pada saat yang sama kekhawatiran dari tusukan dihilangkan. Selain itu, berbicara tentang struktur dalam ban terbuat dari resin termoplastik  yang dapat didaur ulang, dan bersama dengan karet di bagian tapak, bahan yang digunakan pada bagian dalam ban adalah 100 persen dapat didaur ulang. Pada kahirnya, ban menetapkan standar baru dalam hal ramah lingkungan, keselamatan dan kenyamanan.
Bridgestone mengupayakan pengembangan teknologi ini dengan tujuan mencapai "cradle to cradle" proses yang proaktif untuk memaksimalkan siklus penggunaan sumber daya dari ban using ke ban baru dan penggunaan sumber daya daur ulang.


Ban non-pneumatic (tanpa angin)

Ban non-pneumatik telah dipamerkan di pameran Bridgestone di Tokyo Motor Show yang ke 42, yang dimulai pada 30 November 2011 yang lalu.
Sebuah resin sintetis yang menjadi fleksibel ketika dipanaskan, bisa diolah menjadi berbagai bentuk, dan menjadi keras bila didinginkan. Perubahan dari pemanasan dan pendinginan umumnya dapat diulang, sehingga mudah baik untuk cetakan dan daur ulang material. 
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | SharePoint Demo